Minggu, 24 Maret 2013

Sejarah Awal Mula Nama Kotabaru (Tanah Pinoh, MELAWI)


SEJARAH AWAL MULA NAMA KOTABARU
DI KABUPATEN MELAWI
A.    Kehidupan Penduduk Awal di Kotabaru
Pertama kali yang tinggal atau yang menjadi penduduk masa awal di Tanah Pinoh tepatnya berkedudukan di Gelombang (saat ini menjadi Dusun Gelombang) adalah  Pangeran Surya.
Pangeran surya mempunyai seorang putri yang bernama Dayang Bangas, ketika Pangeran Surya milir ke Sintang (saat ini adalah Kabupten Sintang) bersama putrinya Dayang Bangas untuk menghadap Raja Sintang , dengan maksud mencari jodoh untuk putrinya, oleh Raja Sintang Dayang Bangas disuruh memilih ketujuh putranya dengan cara ketujuh putranya tersebut berbaring di tengah malam dan diselimuti dengan kain dari kepala sampai ujung kaki dayang bangas diperintahkan Raja Sintang untuk memberikan tanda contreng kapur sirih di kening salah satu ketujuh putra raja tersebut, setelah siang hari nampaklah yang diberi tanda oleh Dayang Bangas adalah putra Raja Sintang yang bernama Abang Mahmud.
Setelah menikah antara Abang Mahmud dan putri Dayang Bangas, Abang Mahmud mendapat gelar Penembah Cahaya, kemudian setelah prosesi pernikahan itu Penembah Cahaya kembali ke Tanah Pinoh bersama keluarga dan dibekali Raja Sintang seorang kawa lulun atau abdi.
Pada masa itu Penembah Cahaya membuat pondok di munggu jengkol kampong Gelombang dan langsung memerintah atau menjadi Raja, selama pemerintahan Penembah Cahaya sering terjadi peristiwa kayau mengayau atau memotong kepal yang dilakukan oleh orang-orang  yang datang dari daerah Kepingan (suku kuhin) daerah Kalimantan Tengah, karena ada kejadian yang meresahkan penduduk masa itu maka Penembah Cahaya memerintahkan kepada prajurit untuk membuat parit kuta di sekeliling kampong dan di atas parit di pagari dengan kayu belian, agar terhindar dari gangguan bahaya dan masa itulah Penembah Cahaya mendapat gelar Penembah Tajor Alam. (Makam penembah Tajor alam dan keluarganya ada di dekat jalan provinsi di daerah Gelombang).
Seiring waktu berlalu Penembah Tajor Alam meminta pada Raja Sintang untuk mengajar agama islam, maka oleh Raja Sintang dikirim seseorang bernama Abu Bakar Paku Negara.
Abu Bakar Paku Negara-lah yang pertama kali menyebarkan agama islam di Tanah Pinoh berkedudukan dikampung Gelombang. Ketika pemerintahan Penembahan Tajor Alam diganti oleh H. Abu Bakar Paku Negara. Pada masa itu penduduk yang menempati wilyaha kerajaan si Gelombang terdiri dari suku kejinjal.

B.     Perkembangan Kerajaan Kotabaru (Pemerintahan Sebelum Kemerdekaan)
Disamping samping menyebarkan agama islam H. Abu Bakar Paku Negara yang telah menjadi raja pengganti dari Penembah Tajor Alam, H. Abu Bakar Paku Negara mendapat gelar Pangeran Prabu. Suku kejinjal yang tidak masuk islam akhirnya pindah dari Tanah Pinoh tapi ditahan oleh Pangeran Prabu, kepada mereka yang tidak masuk islam di beri tempat seperti di sungai Sekocu, Potai, Rompam, dan Pengumut (Kecamatan Sokan).
Pangeran Prabu mepunyai keturunan yakni enam orang putra putri, antara lain: 1. H. Abang Marjunit (Pangeran Anom Kesumanegara), 2. H. Abang Sukri (Pangeran Mangku Negara), 3. H. Abang Ismail (Pangeran Paku Negara), 4. H. Abang Ahmad (Pangeran Jaya), 5. H. Abang Aris (Pangeran Cikra), dan terakhir adalah bungsu perempuan, 6. Dayang Zubaedah.
Pemerintahan pangeran prabu diganti anaknya yaitu Pangeran Anom (H. Abang Marjunit) dan setelah itu pemerintahan kerjaannya turun-menurun, setelah Pangeran Anom yang memerintah kemudian diganti oleh adiknya yang ketiga yaitu Pangeran Paku (H. Abang Ismail), sedangkan putra pangeran prabu yang kedua yaitu Pangeran Mangku (H. Abang Sukri) tidak menjadi raja, ddan tidak alasan yang pasti kenapa Pangeran Mangku itu tidak memerintah. Pangeran Paku diganti adiknya yang ke 4 yakni Pangeran Jaya (H. Abang Ahmad.
Pada masa pemerintahan Pangeran Jaya di Gelombang sudah ada kepala kampong yang memerintah dibawah raja, kepala kampung Gelombang pertama ditunjuk oleh raja adalah H. Abang Usman, dan setelah Pangeran Jaya (H. Abang Ahmad) memeritah, pemerintan itu diganti kembali adik laki-laki yang terakhir yaitu Pangeran Cikra Kusuma Negara (H. Abang Aris). Pada  waktu itu pangeran cikra sebagai raja, Tanah Pinoh dikenal dengan nama Pinoh Laden oleh Belanda dan Jepang.
Setelah Pangeran Cikra wafat diganti oleh H. Abang Muhamad Arif dari Sokan, beliau adalah merupakan anak dari Gusti Muhamad Ali Raja Sokan. Ketika pemerintahan dipegang oleh H. Muhamad Arif Tanah Pinoh, Sokan, Sayan, dijadikan satu dengan berkedudukan diKotabaru atau pinoh landen sebagai pusat pemerintahan, H. Abang Muhamad Arif mendapat gelar Pangeran Agung Kertasari. Tidak lama memerintah dan setelah menyatukan Tanah Pinoh, Sokan, Sayan, Pangeran Agung Kertasari di panggil Jepang ke Pontianak (tidak ada informasi mengenai apa tujuan pemanggilan Pangeran Agung Kertasari ke Pontianak) sampai beliau wafat.
Karena kekosongan pemerintahan setelah di tinggalkan oleh Pangeran Agung Kertasari akhirnya pemerintahan Pinoh Landen di pegang ketua majelis yakni Abang Bakri, dan dia adalah putra dari Pangeran Cikra Kusuma Negara sampai proklamasi kemerdekaan RI pada tanggal 17 agustus 1945. Pada tahun 1949, pemerintah Pinoh Landen diserahkan kepada pemerintah pusat, dan di Kotabaru Tanah Pinoh dikepalai oleh Demang.
Daftar Nama-nama Raja-raja yang memeritah di Tanah Pinoh (PinohLaden) Kutabaru dari awal hingga kemerdekaan RI

No
Nama
Gelar
1.
Abang Mahmud
Penembah Cahaya/Penembah Tajor Alam
2.
H. Abu Bakar Paku Negara
Pangeran Prabu
3.
H. Abang Marjunit
Pangeran Amom
4.
H. Abang Ismail
Pangeran Paku
5.
H. Abang Ahmad
Pangeran Jaya
6.
H. Abang Aris
Pangeran Cikra Kesuma Negara
7.
H. Abang Muhamad
Pangeran Agung Kertasari, Raja Pinoh Landen
8.
Abang Bakri
Raja Pinoh Landen Sampai Proklamasi Kemerdekaan Ri 1945


C.    Perkembangan Kerajaan Kotabaru (Pemerintahan Setelah Kemerdekaan)
Perkembangan kerajaan Kotabaru selanjutnya, pada pemerintahan setelah kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 1945, pemimpin yang memerintah dalam pemerintahan tidak lagi menggunakan sebutan raja, akan tetapi dikenal dengan sebutan Demang. Mengapa tidak lagi disebut sebagai raja, karena sudah jelas yang menjadi raja terakhir pada kerajaan Kotabaru adalah Pangeran Agung Kertasari yang pergi ke Pontianak atas panggilan dari Jepang dan tak pernah kembali lagi. Dan pada saat kemerdekaan RI, sebagian kerajaan di Nusantara menyerahkan kekuasaannya pada pemerintah pusat dan menyatakan bersatu dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Ketika sudah mengenal kepala kampung yang memerintah di bawah raja, pada saat itu Gelombang diperintah oleh Kepala Kampung dan yang pertama memerintah adalah. H. abang usman, kemudian diganti H. Zaenal, setah itu diganti lagi dengan H. Abang Aziz, seiring menggatikan pemimpin sebelumnya, H Abang Aziz diangkat juga sebagai penggawa diKotabaru, penggantinya sebagai kepala kampung Gelombang selanjutnya adalah Abang Yusuf H. Ali (sekitar tahun 1963) setelah itu diganti Abang Ahmad, sama seperti H. Abang Aziz, Abang Ahmad di angkat sebagai penggawa Kotabaru, dan yang menjadi  pengganti sebagai kepala kampung Gelombang adalah Tanu TR sampai 1974, akan tetapi dia mengundurkan diri dan diganti oleh Abdul Gafar AL sampai 1980.
Pada saat ini setelah Kotabaru diserahkan pada pemerintah pusat pada tahun 1949 lalu, semula Kotabaru yang terdiri atas daerah Kotabaru, Sokan, dan Sayan yang menyatu dalam satu daerah oleh pemerintah daerah dimekarkan menjadi Kecamatan, yakni Kecamatan Kotabaru, Sokan, serta Kecamatan Sayan.
Tahun 1982, kampung Gelombang berubah menjadi Desa Gelombang dan masih dipimpin abdul Gafar AL sebagai kepala Desa Gelombang sampai tahun 1988. Pada tahun 1988, oleh pemerintah diadakan  penggabungan dan pengembangan desa yang mana pada waktu itu Desa Gelombang begabung dengan Desa Pekawai (bersatu) dan kemudian diberi nama Desa Loka Jaya, oleh pejabat di Desa dan di Kecamatan pusat desa pengembangan berkedudukan di Desa Pekawai sampai saat ini untuk kepemimpinan Desa Loka Jaya. Menurut dalam data yang di peroleh dari masyarakat setempat hanya kepemimpinan Desa Pekawai yang dimasukan dalam silsilah berdirinya Desa Loka Jaya, setelah bergabungnya Desa Gelombang dengan Desa Pekawai saat ini di sebut Desa Loka Jaya, maka Desa Gelombang turun derajatnya menjadi Dusun.

D.    Peninggalan Kerajaan Kotabaru
Mengawali sejarah kampung Gelombang yang berawal dari sejarah raja-raja, karena selama memerintah sampai wafatnya dan dari pemerintahan raja berubah menjadi pemerintah pinoh landen, kampung Gelombang banyak mengukir sejarah karena sampai saat ini makam para raja masih ada akan tetapi masyarakat sekitar saat ini kurang memperhatikannya, kemudian masjid jami’ berubah menjadi masjid nurul aman, dan peninggalan lainnya yang di simpan keturunan para raja seperti tempayan (kedena), 4 Buah Lela (2 temabaga dan 2 besi), makam-makam raja yanga da dikampung Gelombang. 1. Makam penembah Tajor alam/penembah cahaya (abang Mahmud sekeluarga). Makam pangeran surya. Makam pangeran prabupaku Negara (abu bakar paku Negara). 4. Makam pangeran paku (h. abang ismail). 5. Makam pangeran anom (h. abang marjunit). 6. Makam pangeran jaya(h. abang ahmad). 7. Makam pangeran cikra kusuma Negara (h. abang aris). 8. Makan dayang zubaedah.

E.     Awal Mula Nama Kotabaru (Kutabaru)
Kembali pada sejarah awal mula nama dari daerah Kotabaru yang berada di Kabupaten Melawi, kita mengingat kembali juga pada cerita sejarah ketika pada masa pemerintahan Penembah Cahaya sering terjadi peristiwa kayau mengayau atau memotong kepal yang dilakukan oleh orang-orang  yang datang dari daerah Kepingan (suku kuhin) daerah Kalimantan Tengah.
Peristiwa kayau mengayau atau memotong kepala manusia itu menyebabkan ketakutan serta kegelishan yang di rasakan oleh penduduk, dan karena kejadian yang meresahkan penduduk masa itu, maka Penembah Cahaya memerintahkan kepada prajurit untuk membuat parit kuta di sekeliling kampong, parit itu di maksudkan agar para pengayau  itu tidak dapat masuk ke dalam kampung, dan di atas parit itu di pagari dengan kayu belian, agar terhindar dari gangguan bahaya dan masa itulah Penembah Cahaya mendapat gelar Penembah Tajor Alam.
Tidak banyak orang yang mengetahui ternyata nama Kotabaru itu sebelumnya adalah Kutabaru, dan nama Kutabaru itu sendiri muncul sejak peristiwa pembuatan sebuah parit kuta. Kenapa di sebut kuta, karena Kuta itu artinya adalah benteng(parit), sedangkan baru adalah artinya baru dibangun. Sejaksaat itulah daerah tersebut bernama Kutabaru.
Mengapa saat ini daerah yang bernama Kutabaru itu kini lebih dikenal dengan nama Kotabaru, dan kenapa hal ini bias terjadi?. Banyak informasi yang saya peroleh mengapa Kutabaru itu saat ini lebih dikenal sebagai Kotabaru. Melalui wawancara dari salah seorang penduduk setempat, bapak Ahmad Tabrani, beliau mengatakan “dolok ti Kotabaru tuk memang Kutabaru nama e, sejarah e kan nama Kutabaru tuk padai masa yak raja ada mulah benteng paret yang ditimpai kuta, sedangkan baru yak padai baru dipulah, ha.. jadi lalu disobutlah ya Kutabaru, padai apai lebih kenal ngan Kotabaru, setau aku padai masa yak ti Kutabaru tuk kota e, jadi dikenallah dengan Kotabaru (bahasa Kotabaru)” yang artinya “Dahulu Kotabaru itu namanya memang Kutabaru, sejarahnya kan Kutabaru itu pada masa raja ada membuat benteng parit yang di sebut kuta, sedang kata baru-nya itu karena baru dibangun, jadi disebutlah Kutabaru, kenapa lebih dikenal dengan Kotabaru, setahu saya pada masa itu Kutabaru adalah kota, jadi dikenallah dengan Kotabaru.
Informasi selanjutnya di dapat dari Bapak Bohari, yang juga merupakan penduduk Kotabaru sendiri, menurut beliau “sidak jaman dolo’ ti yang ilik dari ulu Kutabaru kalau di tanyak nak ilik ke monai?, jawab e nak ilik ke kota lok, aher endak lama disobutlah ya kotabaru, waktu dolok kan Kutabaru ti dah jadi kota waktu pemerintah seudah merdeka (bahasa Kotabaru)” yang artinya, orang jaman dulu itu yang pergi dari hulu Kotabaru bila di tanya mahu milir kemana?, jawab mereka mahu milir ke kota dulu, akhirnya lambat laun disebutlah ia Kotabru, dahulu itu kan Kutabaru sudah menjadi kota pada waktu pemerintah sudah merdeka”.
Sedangkan pada nama kampung Gelombang sendiri adalah Gelombang itu berarti tengah-tengah kampung. Konon ada mata air yang mengalir di tengah-tengah kampung itu, dan sungainya bergelombang maka oleh para raja dinamakan kampung Gelombang.

3 komentar:

  1. bagak kesah e,cuman mau diborek refrensi sak lebih bagak e 🙏

    BalasHapus
  2. Baruk tau bekoti sejarah kampung derik tuk wkwk,🙏🙏 mintak rela bah

    BalasHapus
  3. Alhamdulillah,makasih bg kusmayadi..jadi tau sejarah almarhum datok kami,H.Abang Muhammad Arif atau Pangeran Agung Kertasari,sebagai tambahan beliau dimakanmkan di Pontianak,cerita dari Almarhum Kakek (Anak Beliau),sentua meninggal diracun tentara jepang dalam tangsi militer sungai raya.

    BalasHapus